Friday, May 21, 2010

Majas (Gaya Bahasa)


-------
Kali ini, saya akan membahas mengenai majas atau gaya bahasa. Materi yang satu ini, sangat bermanfaat untuk teman-teman baik yang sedang sekolah, maupun yang sedang kuliah. Pokok pembahasan kita kali ini, adalah salah satu materi dalam studi Bahasa Indonesia. Kita, sebagai warga negara Indonesia sudah semestinya mengetahui apa itu majas. Kita sering kali menggunakan kalimat-kalimat yang sebenarnya mengandung majas loh... hanya saja, banyak dari kita yang tidak sadar dan mengetahuinya. hmmmm.... baiklah, kita hentikan basa-basi ini, yuk... kita bahas sekarang!
:)
-------

Definisi
Gaya Bahasa menurut Slamet Muljana adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Gaya bahasa disebut pula dengan majas. Gaya bahasa atau majas yang diutarakan seseorang pada saat mengungkapkan perasaannya, baik secara lisan maupun tulisan dapat menimbulkan reaksi pembaca berupa tanggapan.

Jenis-jenis Majas
Secara garis besar, gaya bahasa (majas) terdiri atas empat jenis, yaitu majas penegasan, majas pertentangan, majas perbandingan dan majas sindiran.

1. Majas Penegasan

1.1. Pleonasme adalah satu pikiran atau gagasan yang disampaikan secara berlebihan sehingga ada beberapa keterangan yang kurang dibutuhkan
Contoh:
       1. Kami mendengar kabar itu dengan telinga kami sendiri
       2. Naiklah ke atas dengan hati-hati
       3. Api yang panas telah meluluhlantakkan pasar tradisional itu

1.2. Apofasis atau Preterisio adalah gaya bahasa untuk menegaskan sesuatu dengan cara seolah-olah menyangkal hal yang ditegaskan
Contoh:
       1. Rasanya berat bibir ini untuk mengatakan bahwa kucing kesayangannya sudah mati tadi siang karena tertabrak mobil
       2. Reputasi anda di hadapan para karyawan sangat baik. Namun, dengan adanya pemecatan karyawan tanpa alasan, saya ingin mengatakan bahwa anda baru saja menghancurkan reputasi baik itu.

1.3. Repetisi adalah pengulangan kata, frasa, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan penekanan
Contoh:
       1. Bukan uang, bukan mobil, bukan juga rumah mewah yang aku harapkan dari ayah dan ibu. Aku hanya ingin ayah dan ibu ada di sini. Aku hanya ingin perhatian. Hanya itu, tidak lebih.

1.4. Aliterasi adalah pengulangan konsonan pada awal kata secara berurutan
Contoh:
       1. Budi baik bagai bekal bagi kehidupan kita
      2. Mengalir, menimbun, mendesak, mengepung, memenuhi sukma, menawan tubuh (“Perasaan Seni“, J.E. Tatengkeng)

1.5. Tautologi adalah gaya bahasa berupa pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya
Contoh:
      1. Ia jadi marah dan murka kepada orang yang menyerempet motor kesayangannya
      2. Rapat direksi akan dibuka oleh Pak Amri pukul 08.00 pagi

1.6. Retoris adalah gaya bahasa untuk menanyakan sesuatu yang jawabannya telah terkandung dalam pertanyaan tersebut.
Contoh:
     1. Adakah orang yang ingin sakit selama hidupnya?
     2. Siapa yang ingin hidup bahagia?
     3. Dapatkah harimau terbang?

1.7. Sindeton adalah gaya bahasa untuk mengungkapkan suatu kalimat atau wacana yang setiap bagiannya dihubungkan oleh kata penghubung. Bila kata hubung yang digunakan lebih dari satu atau banyak disebut polisindeton. Namun bila kata hubung tidak dinyatakan secara langsung atau dilesapkan, disebut asindeton.
Contoh:
      1. Polisindeton
Dan Kinkin percaya Bapak tidak berbohong. Ibu juga tidak. Ia pun mendadak merasa mendapat limpahan dari langit, anugerah. Sebab dia buta, maka dia tidak perlu menangis seperti Bapak sebab dia buta, maka dia bisa memilih apa yang dilihatnya, dengan mata imaji, untuk selalu hanya membiaskan hal-hal yang menyenangkan. (”Pelangi Kinkin”, Asma Nadia)

      2. Asindeton
Angin bertiup kencang menebarkan hawa dingin yang cukup menggigiti tulang sumsumnya. Ia menekuk lutut, (lalu) menautkan pada perut seraya terus duduk meringkuk di dalam becaknya, (dan) mencoba menciptakan kehangatan di tengah badai yang semakin menderas. (”Seorang Lelaki dan Selingkuh“, Afifah Afra)
1.8. Paralelisme adalah gaya bahasa yang memakai kata, frasa, atau klausa yang berkedudukan sama atau sejajar.
Contoh:
        1. Baik golongan yang tinggi maupun golongan yang rendah harus diadili kalau bersalah
        2. Segala kupinta tiada kau beri
Segala tanya tiada kau sahuti
(“Nyanyi Sunyi“, Amir Hamzah)

1.9. Inversi adalah gaya bahasa yang mendahulukan predikat sebelum subjek dalam suatu kalimat.
Contoh:
       1. Kubelai rambutnya yang panjang
       2. Ada perbedaan sudut pandang antara dia dan saya
       3. Terpaksa mengemis bocah itu dipinggir jalan

1.10. Ellipsis adalah gaya bahasa yang menghilangkan beberapa unsur kalimat. Unsur-unsur yang hilang tersebut mudah ditafsirkan oleh pembaca.
Contoh:
         1. Andai saja kamu mau mengikuti saranku, tentu ...
         2. Aku sudah memberimu modal uang, barang, bahkan waktuku bersama keluarga, tetapi hasilnya ...

1.11. Klimaks adalah gaya bahasa untuk menuturkan satu gagasan atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana meningkat kepada gagasan atau hal yang lebih kompleks.
Contoh:
          1. Aku menangis, meledak-ledak seperti mau memecahan rongga dada
         2. “Tahu enggak, Zak, sungguh aku ingin mewarisi semangat burung hud-hud. Burung kecil yang terbangnya rendah, namun ia mampu melintasi gurun, menahan angin kencang, menebas rintangan, hingga ia mampu menempuh perjalanan yang demikian jauh, dari Yaman menuju negeri putri Saba’ di Palestina“.
(Elang Hilang Sayap, Titaq Muttaqwiati)

1.12. Antiklimaks adalah gaya bahasa untuk menentukan satu hal atau gagasan yang penting atau kompleks menurun kepada hal atau gagasan yang sederhana.
Contoh:
        1. Persiapan pemilihan umum telah dilaksanakan secara serentak di Ibu Kota Negara, ibu kota-ibu kota provinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa di seluruh Indonesia, hingga di tingkat RW maupun RT

1.13. Antanaklasis adalah gaya bahasa yang menggunakan pengulangan kata yang sama, tetapi maknanya berlainan.
Contoh:
         1. Ada dua buah rumah kaca di halaman rumah Pak Saiman
         2. Pada tanggal 20 September 2008, gigi susu Alya mulai tanggal

1.14. Pararima adalah bentuk pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan
Contoh: bolak-balik, lika-liku, kocar-kacir

1.15. Koreksio adalah gaya bahasa yang pada mulanya menegaskan sesuatu yang dianggap kurang tepat, kemudian diperbaiki.
Contoh:
         1. Kalau tidak salah, saya pernah menyampaikan hal ini dua hari yang lalu. Ah bukan, kemarin.
         2. “Tujuan kami menghadap Pak Lurah, ingin mengadakan acara Parade Bedug, maksudnya meminta izin untuk mengadakan acara Parade Bedug“.

1.16. Eklamasio adalah gaya bahasa yang menggunakan kata seru.
Contoh:
          1. Wow, sungguh luar biasa! Ternyata kamu mampu membuat lukisan sekelas Affandi
          2. Lha, kamu ini bagaimana?

1.17. Alonim ialah penggunaan varian dari nama untuk menegaskan
Contoh:
         1. “Sudah makan, san?“
             San adalah varian dari Susan
         2. “Kamu ruwet, Kin!“
              (“Pelangi Kinkin“, Asma Nadia)

1.18. Interupsi adalah gaya bahasa yang menyisipkan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
Contoh:
          1. Orang bilang, istri juragan haji, tetua di kampungnya yang sudah naik haji berulang-ulang, sombongnya minta ampun
           2. Ia ingat Mang Karta yang sebatang kara, yang malam ini sibuk menjadi amil di masjid tempat mereka berdua tinggal, mati-matian berusaha membunuh sepi.

1.19. Preterio adalah ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya
Contoh:
         1. Lupakan semua ucapannya, anggap saja angin lalu
         2. Tak perlu saya sebut orangnya, setiap orang di ruangan ini pasti sudah tahu.

1.20. Silepsis adalah gaya bahasa dengan menggunakan dua konstruksi sintaksis yang dihubungkan oleh kata sambung. Namun, hanya salah satu konstruksi yang maknanya utuh.
Contoh:
          1. Fungsi dan sikap bahasa
              Seharusnya: Fungsi bahasa dan sikap bahasa
              Fungsi bahasa maknanya ’fungsi dar bahasa’ sikap bahasa maknanya ’sikap terhadap bahasa’

2. Majas Pertentangan

2.1. Antithesis adalah gaya bahasa yang mengungkapkan suatu maksud dengan menggunakan kata-kata yang saling berlawanan
Contoh:
         1. Setiap warga Negara Indonesia baik laki-laki atau perempuan, anak-anak atau dewasa, mempunyai kedudukan yang sama di mata hukum
         2. Ia berjuang siang dan malam tanpa peduli hujan atau terik demi mencari biaya pengobatan anaknya

2.2. Paradoks adalah gaya bahasa untuk mengungkapkan dua hal yang seolah-olah saling bertentangan namun sebenarnya keduanya benar
Contoh:
         1. Jiwanya terasa sepi di tengah hingar-bingar pesta
         2. Hati boleh panas tapi kepala tetap dingin agar kita tidak salah mengambil keputusan

2.3. Oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama
Contoh:
         1. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda
         2. Suap-menyuap di jalan raya sudah menjadi rahasia umum
         3. Kepahitan hidupnya di masa muda berbuah manis di hari tua

2.4. Anakronisme adalah gaya bahasa yang mengandung ketidaksesuaian antara peristiwa dengan waktunya
Contoh:
         1. Arjuna saling berkirim SMS dengan Srikandi untuk melepas rasa rindu
         2. Hang Tuah melihat arloji, lalu menghidupkan pesawat televisinya

2.5. Kontradiksi interminus adalah gaya bahasa yang berisi sangkalan terhadap pernyataan yang disebutkan sebelumnya
Contoh:
         1. Siswa yang tidak berkepentingan dilarang masuk, kecuali panitia lomba
         2. Persoalan yang ada di negeri ini tidak akan pernah selesai, kecuali pemerintah menaruh perhatian yang besar pada setiap persoalan.

3. Majas Perbandingan

3.1. Metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal benda secara singkat dan padat
Contoh:
        1. Buku adalah jendela ilmu
        2. Rino jatuh hati pada kembang desa Tegal Sari

3.2. Sinestesia adalah gaya bahasa yang mempertukarkan dua indera yang berbeda
Contoh:
        1. Kamu sangat manis saat memakai baju kebaya
        2. Wajahnya dingin saat mendengar kabar kematian anaknya

3.3. Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang ditandai dengan kata depan dan penghubung seperti layaknya, bagaikan, seperti, bagai
Contoh:
       1. Hubungan kedua orang itu tidak pernah akur, bagai anjing dan kucing
       2. Jalani saja hidup ini seperti air mengalir
       3. Layaknya padi yang berisi, Pak Rahmat tidak pernah sombong dengan ilmu yang dimilikinya

3.4. Alegori adalah gaya bahasa untuk mengungkapkan suatu hal melalui kiasan atau penggambaran
Contoh:
        1. Teratai
            Kepada Ki Hajar Dewantara

            Dalam kebun di tanah airku
            Tumbuh sekuntum bunga teratai;
            Tersembunyi kembang indah permai
            Tidak terlihat orang yang lalu
            Akarnya tumbuh di hati dunia,
            Daun bersemi Laksmi mengarang,
            Biarpun ia diabaikan orang,
            Serodja kembang gemilang mulia.
            Teruslah, Teratai Bahagia,
            Berseri di kebun Indonesia,
            Biar sedikit penjaga taman
            Biarpun engkau tidak dilihat,
            Biarpun engkau tidak diminati,
            Engkaupun turut menjaga zaman.
            (Teratai, Sanusi Pane)

Teratai menyimbulkan Ki Hajar Dewantara yang menjaga bumi Indonesia dengan ajarannya yang bersifat kebangsaan dengan semangat keindonesiaan asli

3.5. Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan nama merk atau atribut tertentu untuk menyebut suatu benda
Contoh:
           1. Celana Levi’s membalut kakinya yang panjang dan langsing
           2. Honda Jazz selalu setia menemani dokter muda itu menemui para pasiennya

3.6. Hiperbola adalah gaya bahasa yang bersifat melebih-lebihkan suatu kenyataan
Contoh:
        1. Amarahnya tiba-tiba menggelegar di tengah suasana rapat yang tenang
        2. Senyuman gadis itu melemahkan sendi-sendi tubuhku hingga aku tak berdaya

3.7. Litotes adalah gaya bahasa yang maknanya mengecilkan fakta dengan tujuan untuk merendahkan diri
Contoh:
        1. Goresan pena ini adalah hadiah untuk ibu. (Pada kenyataannya, ia menyerahkan ijazah kesarjanaannya kepada ibunya)
         2. Mohon maaf, kami hanya bisa menjamu dengan menu alakadarnya. (Pada kenyataannya, di meja makan telah tersedia aneka makanan dan minuman)

3.8. Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan
Contoh:
        1. Matahari baru saja kembali ke peraduannya, ketika kami tiba di sana
        2. Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba, meriak muka air kolam jiwa. Dan dalam dadaku memerdu lagu. Menarik menari seluruh aku. (Deru Campur Debu, Chairil Anwar)

3.9. Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud ialah seluruh bagian atau sebaliknya. Sinekdoke terbagi atas pars prototo (sebagian untuk seluruh bagian) dan totem pro parte (keseluruhan untuk sebagian)
Contoh:
       1. Pak Imran memelihara 10 ekor kambing (pars prototo)
       2. Indonesia berhasil mengalahkan China dalam pertandingan Bulu Tangkis (totem pro parte)

3.10. Eufemisme adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata halus atau lebih pantas untuk mengganti kata-kata yang dipandang tabu atau kasar
Contoh:
       1. Para penyandang tuna netra dan tuna rungu mendapat beasiswa dari pemerintah

3.11. Perifrase adalah gaya bahasa untuk menggantikan suatu kata atau kelompok kata lain. Kata atau kelompok kata tersebut dapat berupa nama tempat, Negara, benda atau sifat tertentu
Contoh:
          1. Berlibur di Pulau Dewata adalah impianku
          2. Provinsi dengan julukan ”Serambi Mekah” itu saat ini sedang berbenah

3.12. Alusio adalah gaya bahasa yang berusaha menyugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa
Contoh:
         1. Semangat Bandung Lautan Api menggelora di hati kami
         2. Hamparan permadani hijau terbentang luas melingkupi kawasan Masjid At Taawun di Puncak, Bogor

3.13. Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan nama diri, gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri.
Contoh:
          1. Menteri PU akan meresmikan jalan Lingkar Nagreg, Jawa Barat
          2. Presiden bersilaturahim dengan ratusan anak yatim di Kabupaten Bandung

3.14. Antropomorfisme adalah bentuk metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia
Contoh:
         1. Ia menunggu kekasihnya di mulut gang
         2. Mata pisau nyaris menyambar tubuhnya yang kekar
         3. Jakarta menjadi jantung perekonomian Indonesia

3.15. Aptronim adalah gaya bahasa yang mengandung penyebutan seseorang sesuai dengan sifat atau pekerjaan orang
Contoh:
        1. Setiap pagi ia mangkal di mushola stasiun kereta api menawarkan jasa semir sepatu. Tak heran orang-orang memanggilnya “Jang Emir“
        2. Si cebol berlari kencang sambil membawa bola melewati lawan-lawannya

3.16. Hipokorisme adalah gaya bahasa yang menggunakan nama timangan atau kata yang mengandung hubungan karib antara pembicaraan dengan topik yang dibicarakan.
Contoh:
        1. “Kehidupan itu kejam, Nduk. Sadis!“
“Nduk” adalah sapaan untuk anak atau orang yang lebih muda
        2. “Tetapi Mas Andi kan tidak merokok”
“Mas” adalah kata sapaan untuk saudara tua laki-laki atau laki-laki yang dianggap lebih tua
3.17. Simbolik adalah gaya bahasa untuk melukiskan suatu maksud dengan menggunakan simbol atau lambang
Contoh:
         1. Banyak tikus berkeliaran di gedung rakyat
             (Tikus merupakan simbol koruptor)
         2. Kupu-kupu malam beterbangan di malam hari mencari mangsa
             (Kupu-kupu malam merupakan simbol wanita tuna susila)

4. Majas Sindiran

4.1. Ironi adalah gaya bahasa untuk mengatakan suatu maksud menggunakan kata-kata yang berlainan atau bertolak belakang dengan maksud tersebut
Contoh:
        1. Rapi sekali kamarmu sampai-sampai tidak satupun sudut ruangan yang tidak ditutupi sampah kertas
        2. Bagus benar kinerja aparat pemerintahan sekarang ini sehingga jumlah pengangguran dan angka kemiskinan semakin meningkat

4.2. Sarkasme adalah gaya bahasa yang berisi sindiran kasar
Contoh:
       1. Aku tidak sudi kalau harus tinggal di rumahmu yang mirip kandang domba itu
       2. Anda makan sangat rakus, selera makan saya jadi hilang

4.3. Sinisme adalah sindiran yang berbentuk kesangsian cerita mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati
Contoh:
       1. Sudah, hentikan bujuk rayumu karena hanya membuatku semakin sakit
       2. Memang Anda adalah seorang gadis yang tercantik di seantero jagad ini yang mampu menghancurkan seluruh isi jagad ini

4.4. Antifrasis adalah gaya bahasa ironi dengan kata atau kelompok kata yang maknanya berlawanan
Contoh:
      1. “Awas, si Bule datang“, saat Ido yang berkulit hitam mendekati mereka
      2. “Ha...ha...si Kurus bingung mencari ukuran baju untuk menutupi perutnya yang buncit itu“

4.5. Inuendo adalah sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya
Contoh:
       1. Bu Karni berjuang mengumpulkan sebutir dua butir beras yang tercecer di pasar beras untuk menghidupi anak-anaknya
        2. Mari kita simak sepatah dua patah kata sambutan dari ketua panitia

2 comments:

  1. assalamualaikum,...
    mz...
    bangga dgn adk...
    dengan aktiitas yang padat adk...
    termasuk mahasiswa yang suka dengan tulisan..
    terusin ya syg...
    suatu saat akan jadi bekah...

    ReplyDelete
  2. waalaikumsalam
    wah, makasi yah mz dukungannya..
    iyah, san hobby nulis. ya nulisnya jika ada kesempatan aja.
    ini juga san sedang belajar memanfaatkan media ini.
    coz selama ini, tulisan2 san cuma buat disimpan n dibaca sendiri.
    :)

    ReplyDelete